Jumat, 15 April 2011

ASKEP PADA PASIEN VERITONIUM DIALISA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika ginjal mengalami kerusakan maka ginjal tidak dapat membersihkan tubuh dari sisa-sisa metabolisme. Sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air menumpuk dan lama kelamaan menjadi banyak di dalam darah yang disebut uremia.
Gagal ginjal kronik berarti kehilangan fungsi ginjal yang bisa terjadi secara cepat atau lambat dalam beberapa tahun. End Stage Renal Disease (ESRD) terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan tahap akhir, dimana ginjal tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga keseimbangan zat-zat kimia tubuh yang diperlukan untuk hidup. Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai terapi pengganti.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peritonium dialysis itu?
2. Apa saja fungsi dialysis?
3. Jelaskan anatomi peritoneum dialysis?
4. Apa Prinsip Dasar peritoneum dialysis itu?
5. Apa Proses Peritoneum Dialysis itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian peritonium dialysis?
2. Untuk mengetahui fungsi dialysis ?
3. Untuk mengetahu anatomi peritoneum dialysis i?
4. Untuk mengetahui proses peritoneum dialysis?
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab, Bab 1 Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, dan sistematika Penulisan. Bab 2 Pembahasan. Bab 3 kesimpulan dan saran

BAB II
PEMBAHASAN


A.Definisi Peritoneal Dialisis
Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan dibuang.
B. Fungsi dialysis :
1. Mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme
2. Mengeluarkan kelebihan air
3. Membantu menjaga keseimbangan zat-zat kimia tubuh

C.Anatomi Membran Peritoneum

1. Rongga Peritoneum
Rongga peritoneum adalah bagian dari perut yang membungkus organ-organ, seperti , ginjal, usus, dll. Di dalam rongga perut ini terdapat banyak sel-sel darah kecil (kapiler) yang berada pada satu sisi dari membran peritoneum dan cairan dialysis pada sisi yang lain.
Rongga peritoneum berisi + 100ml cairan yang berfungsi untuk lubrikasi / pelicin dari membran peritoneum. Pada orang dewasa normal, rongga peritoneum dapan mentoleransi cairan > 2 liter tanpa menimbulkan gangguan.
2. Membran Peritoneum
Membran peritoneum merupakan lapisan tipis bersifat semi permeable. Luas permukaan + 1,55m2 yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: Bagian yang menutupi / melapisi dinding rongga perut (parietal peritoneum), + 20% dari total luas membran peritoneum. Bagian yang menutup organ di dalam perut (vasceral peritoneum), + 80% dari luas total membran peritoneum. Total suplai darah pada membran peritoneum dalam keadan basal + 60 – 100 ml/mnt.
D.Prinsip Dasar peritoneum dialysis
Kateter CAPD (tenchoff catheter) dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui teknik operasi. Konsentrasi adalah kata-kata yang sering kita dengar di dalam cairan CAPD.
E. Proses Peritoneum Dialysis
Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga peritoneum melalui catheter tunchoff, didiamkan untuk waktu tertentu (6 – 8 jam) dan peritoneum bekerja sebagai membrane semi permeable untuk mengambil sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air dari darah.
Osmosis, difusi dan konveksi akan terjadi dalam rongga peritoneum. Setelah dwell time selesai cairan akan dikeluarkan dari rongga peritoneum melalui catheter yang sama, proses ini berlangsung 3 – 4 kali dalam sehari selama 7 hari dalam seminggu.
• Difusi
Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke rongga peritoneum dan sebaliknya melalui difusi.
Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.
Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena cairan plasma banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari plasma ke cairan CAPD.
• Osmosis
Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable dari daerah solute yang berkonsentrasi rendah (kadar air tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi (kadar air rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara darah dan cairan dialisat. Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD menyebabkan tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding plasma, sehingga air akan berpindah dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat (ultrafiltrasi)Kandungan glucose yang lebih tinggi akan mengambil air lebih banyak. Cairan melewati membrane lebih cepat dari pada solute. Untuk itu diperlukan dwell time yang lebih panjang untuk menarik solute.Untuk membantu mengeluarkan kelebihan air dalam darah, maka cairan dialisat menyediakan beberapa jenis konsentrasi yang berbeda :
Baxter : 1,5%, 2,5%, 4,25%
Frescenius : 1,3%, 2,3%, 4,25%
Perpindahan cairan pada CAPD dipengaruhi :
– Kualitas membrane
– Ukuran & karakteristik larutan
– Volume dialisat
Proses dialysis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan :
• Tekanan osmotic
Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler . Pada saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafiltrasi dari plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume cairan intra peritoneal. Peningkatan volume cairan intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari cairan dialisat.
Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodic melalui PET test (Peritoneal Equilibrum Test)
Standar konsentrasi elektrolit cairan CAPD:
– Na (132 meq /lt)
– Cl ( 102 meq /lt)
– Mg (0,5 meq /lt)
– K (0 meq /lt)
Keuntungan CAPD dibandingkan HD :
Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja,Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri, Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu. Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit sebagaimana HD ,Pembuangan cairan dan racun lebih stabil ,Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas, Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung ,Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun pertama
Kelemahan CAPD :
Resiko infeksi
• Peritonitis
• Exit site
• Tunnel
• BB naik karena glukosa, pada cairan CAPD diabsorbsi
Penilaian HD atau CAPD :
Penilaian bersifat individual Adakah faktor kelainan yang menyebabkan CAPD lebih bermanfaat dibanding HD :Kesulitan akses vaskular, penyakit cardiovaskular yang berat,Jarak rumah dengan center HD, pekerjaan
Kontra indikasi CAPD :
• Hilangnya fungsi membran peritoneum
• Operasi berulang pada abdomen, kolostomi,
• Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat tidak tercapai)
Identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD dimulai
– Apakah pasien perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental)
– Adakah hernia
– Penglihatan kurang
Malnutrisi yang berat
F.Terapi pengganti fungsi ginjal (dialysis) :
1. Hemodialisis (HD)
2. Peritoneal Dialisis (PD :
– Acute Peritoneal Dialisis (PD Acute)
– Kronis Peritoneal Dialisis (CAPD)
Continous:Terus menerus selama 24 jam
Ambulatory:Bebas bergerak
Peritoneal:Peritoneum sebagai membran semi permeable
Dialysis:Membersihkan tubuh dari zat sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan.
Ketika ginjal mengalami kerusakan maka ginjal tidak dapat membersihkan tubuh dari sisa-sisa metabolisme. Sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air menumpuk dan lama kelamaan menjadi banyak di dalam darah yang disebut uremia.
Gagal ginjal kronik berarti kehilangan fungsi ginjal yang bisa terjadi secara cepat atau lambat dalam beberapa tahun. End Stage Renal Disease (ESRD) terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan tahap akhir, dimana ginjal tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga keseimbangan zat-zat kimia tubuh yang diperlukan untuk hidup. Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai terapi pengganti.

BAB III
KESIMPUAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Jadi peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan dibuang. Ketika ginjal mengalami kerusakan tahap akhir, dimana ginjal tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga keseimbangan zat-zat kimia tubuh yang diperlukan untuk hidup. Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai terapi pengganti.

B.SARAN
Untuk mencegah hal itu terjadi maka diperlukan pola hidup yang sehat supaya terhindar dari penyakit ginjal dan apabila sudah terkena penyakit tersebut maka harus dilakukan peritonium dialisis.


Diposting Oleh :
Nama : Muhammad Randi Rikaz
NIM :05200ID090141
Kelas :2D
Kelompok
 Asep Taupik
 Ilham Abdurahman
 Mahendra Setiawan
 Muhammad Randi Rikaz

MAHASISWA AKPER PEMDA GARUT

DAFTAR PUSTAKA

http://taipsukahati.blogspot.com/2010/11/peritoneal-dialysis.html
http://www.google.co.id/search?um=1&hl=id&q=peritoneum%20dialisis&biw=1360&bih=632&ie=UTF-8&sa=N&tab=iw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar